Sabtu, 06 Juni 2009

CO (Karbon Monoksida), bahaya ga ya ????

CO merupakan gas yang tidak memiliki aroma yang khusus. Senyawa CO dapat bereaksi dengan hemoglobin darah membentuk karboksi hemoglobin (Hb-CO) yang tidak bisa mengangkut oksigen dalam sirkulasi darah. Celakanya kemampuan CO dalam mengikat Hb ternyata 210 kali lebih kuat di bandingkan oksigen, sehingga oksigen akan kalah bersaing. Seseorang yang teracuni gas CO akan mengalami gejala sakit kepala, gangguan mental (mental dullness), pusing, lemah, mual, muntah, kehilangan kontrol otot, diikuti dengan penurunan denyut nadi dan frekuensi pernapasan, pingsan, dan bahkan meninggal.

Kasus pingsan atau bahkan meninggal akan terjadi bila kadar Hb-CO dalam darah mencapai 60 persen dari total Hb darah atau lebih.Penelitian menyebutkan, CO dengan konsentrasi 250 ppm dapat membuat orang pingsan. Bahkan pada konsentrasi 1.000 ppm, dapat menyebabkan kematian seketika.

bahaya CO sering banget terjadi terutama kalau kita lagi di mobil lho..

Udara memiliki karakter berhembus dari temperatur udara yang panas ke dingin. Sehingga apabila pintu dan bagasi mobil sudah ditutup, bukan jaminan CO tidak bisa masuk ke dalam kabin mobil. Apalagi mobil yang mesinnya berada di bawa jok. Kemungkinan masuknya CO akan lebih besar. Ukuran knalpot pun juga penting diperhatikan, semakin panjang knalpot melebihi panjang mobil lebih baik dibandingkan berada di bawah mobil.

Selain itu, hasil penelitian Auto Week (1996) menunjukkan, orang yang berada dalam kabin mobil, mengirup lebih banyak polutan dari pada orang yang berada di luar. Pendapat umum yang menyatakan orang di luar mobil seperti pejalan kaki atau pengendara sepeda motor terkena lebih banyak gas tidaklah tepat. Mereka justru lebih sedikit menghirup polutan karena efek pengenceran udara bersih. Polutan di udara bebas cepat terurai oleh angin. Sehingga tidak menggumpal di suatu tempat dan konsentrasinya tidak pekat.

Berbeda dengan yang penumpang mobil tertutup. Polutan gas dalam mobil terkumpul sehingga kadarnya relatif lebih tinggi karena minimnya udara bersih yang dapat mengurai gas tersebut.

Di dalam mobil, sumber utama CO adalah asap knalpot dan rokok. Sebuah penelitian di Malaysia menyatakan, gas CO mau tidak mau akan menerobos masuk ke dalam kabin mobil dari luar. Di kota besar, 9 – 14 ppm (part per million/bagian per juta) CO terdeteksi dalam kabin mobil yang sedang melaju. Sebagai pembanding, baku mutu udara ambien RI adalah 20 ppm CO/8 jam. Artinya asap knalpot sudah menyumbang sekira setengah batas kadar CO yang diperbolehkan.

Keadaan lebih parah dapat terjadi apabila pengemudi atau penumpang merokok dalam mobil. Sebab, pada asap rokok selain terkandung ter, nikotin, dan CO2, juga berisi CO. Hasil penelitian menunjukkan, kadar Hb-CO dalam darah perokok mencapai 4 – 5 persen total Hb dan perokok berat bisa mencapai 10 peren. Bandingkan dengan kadar Hb-CO dalam darah penduduk kota besar hanya 1 hingga 2 persen.

Tidak hanya itu, menurut Dr Edwin Chow, ahli keselamatan lalu lintas Malaysia dalam Asiaweek (1994), pengemudi yang merokok akan kehilangan 50 persen konsentrasi berkendara, mengawang entah ke mana. Sisanya masih tetap pada jalan raya. Padahal, demi keselamatan tiap pengemudi dituntut konsentrasi penuh ke jalan raya. Selain itu CO asap rokok bisa pula menyebabkan kelelahan berlebih pada pengemudi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir dampak buruk gas beracun tersebut. Teknologi Electronic Fuel Injection (EFI) yang menggantikan karburator dan converter catalyst yang dipasangkan pada knalpot kendaraan, dapat mengurangi dampak buruk gas CO. Mobil dengan karburator memiliki emisi CO terendah sekira 2,5 persen per volume. Sedangkan mobil berteknologi EFI, hanya 0,25 persen per volume.

Tes kompresi juga penting dilakukan. Jika tekanan kompresi mobil bensin di bawah 9 kg/cm2, dan pada mesin diesel di bawah 20 kg/cm2, sudah saatnya untuk turun mesin. Saringan udara juga harus sering dibersihkan paling tidak setiap 20.000 km. Saringan udara yang permukaannya tersumbat debu, dapat mengakibatkan campuran bensin lebih banyak, sehingga tidak sebanding dengan udara.

Converter catalyst dapat berguna apabila mobil menggunakan bahan bakar bensin super TT. Namun tidak serta merta menggunakan bahan bakar ini, efek gas buang menjadi rendah. Setelah di tune up, sekrup idle pada karburator harus distel terlebih dahulu.

maka harus hati-hati dengan namanya Karbon Monoksida..

Tidak ada komentar:

Pemeriksaan RAPIT-TEST COVID-19

Pemeriksaan RAPIT-TEST COVID-19 Mohon edukasi kepada masyarakat terkait pemeriksaan RAPID-TEST sebagai berikut : 1) Rapid-test bukan...