Kamis, 23 April 2009

FLU SINGAPORE / HAND FOOT MOUTH DISEASE (HFMD)

Flu Singapore / Hand Foot Mouth Disease (HFMD)
DEFINISI

"Flu Singapore" sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM).

Penyakit ini sesungguhnya sudah lama ada di dunia. Berdasar laporan yang ada, kejadian luar biasa penyakit ini sudah ada di tahun 1957 di Toronto, Kanada. Sejak itu terdapat banyak kejadian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru.
Istilah �Flu Singapore� muncul karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejalanya mirip flu, dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi di Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah �flu Singapore�, walaupun ini bukan terminologi yang baku.

PENYEBAB

PTKM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Di dalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab PTKM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.


EPIDEMIOLOGI:

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. PTKM adalah penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, walau bisa juga terkena.
Penularannya melalui jalur fekal-pral (pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (�carrier�) seperti lalat dan kecoa.
Penyakit ini memberi imunitas spesifik, namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya.
Masa Inkubasi 2 � 5 hari.

GEJALA

Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti �flu� pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.

Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain :
- Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C. - Demam tidak turun-turun - Takikardia (nadi menjadi cepat) - Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak - Malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi. - Letargi, lemas, dan mengantuk terus - Nyeri pada leher, lengan, dan kaki. - Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial - Keringat dingin - Fotofobia (tidak tahan melihat sinar) - Ketegangan pada daerah perut - Halusinasi atau gangguan kesadaran

Komplikasi penyakit ini adalah :
- Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik - Ensefalitis (radang otak) - Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis - Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (�Polio-like illness� )

Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :

1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (PTKM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)
2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10



DIAGNOSA

LABORATORIUM :
Sampel ( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.
Spesimen dibawa dengan �Hank�s Virus Transport�. Isolasi virus dengan cara biakan sel dengan suckling mouse inoculation. Setelah dilakukan �Tissue Culture�, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll. Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.

Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :

1. Deteksi Virus :
- Immuno histochemistry (in situ)
- Imunofluoresensi antibodi (indirek)
- Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero ; RD ; L20B
Uji netralisasi terhadap intersekting pools
Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.

2. Deteksi RNA :
RT-PCR
Primer : 5� CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3�
5� GGGAACTTCGATTACCATCC 3�
Partial DNA sekuensing (PCR Product)

3. Serodiagnosis :
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.
Uji ELISA sedang dikembangkan.
Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis PTKM, hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.



PENGOBATAN

1. Istirahat yang cukup
2. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik saja berdasarkan keadaan klinis yang ada.
3. Dapat diberikan :
- Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
- Extracorporeal membrane oxygenation.
4. Pengobatan simptomatik :
- Antiseptik di daerah mulut
- Analgesik misal parasetamol
- Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
- Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )

Penyakit ini adalah �self limiting diseases�, yaitu dapat sembuh dengan sendirinya, dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.



PENCEGAHAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:

Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan lingkungan; kebersihan (Higiene dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.

Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.

Di Rumah sakit �Universal Precaution� harus dilaksanakan.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)

UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI :

Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)
Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan PTKM untuk memotong rantai penularan.
Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala PTKM
Menjaga kebersihan perorangan.
Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena :
- Daya tahan tubuh menurun.
- Tidak menularkan kebalita lainnya.
Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana PTKM termasuk pelaksanaan �Universal Precaution�nya.

Rabu, 22 April 2009

II. 8. Dalem Bedaulu Kalah, Ida Dalem Kresna Kapakisan Menjadi Raja di Bali

Sekarang kembali diceriterakan perihal di Pulau Bali. Dikisahkan di Bali adalah raja bernama Sri Gajah Waktera yang dikatakan sebagai seorang pemberani serta sangat sakti. Disebabkan karena merasa diri sakti, maka keluarlah sifat angkara murkanya, tidak sekali-kali merasa takut kepada siapapun, walau kepada para
dewa sekalipun. Sri Gajah Waktera mempunyai sejumlah pendamping yang semuanya memiliki kesaktian, kebal serta juga bijaksana yakni : Mahapatih Ki Pasung Gerigis, bertempat tinggal di Tengkulak, Patih Kebo Iwa bertempat di Blahbatuh, keturunan Kyai Karang Buncing, Demung I Udug Basur, Tumenggung Ki Kala Gemet, Menteri Girikmana - Ularan berdiam di Denbukit, Ki Tunjung Tutur di Tianyar, Ki Tunjung Biru berdiam di Tenganan, Ki Buan di Batur, Ki Tambiak berdiam di Jimbaran, Ki Kopang di Seraya, Ki Kalung Singkal bertempat tinggal di Taro.
Prihal keangkara-murkaan Sri Gajah Waktera itu, diketahui oleh raja Majapahit Singkat ceritera, setelah Ki Patuh Kebo Iwa dikalahkan dengan tipu daya, maka diseranglah Bali oleh Kriyan Mahapatih Gajah Mada didampingi para perwira perang seperti Arya Damar sebagai pimpinan diiringi oleh Arya Kanuruhan, Arya Wang Bang yakni Kyai Anglurah Pinatih Mantra, Arya Kepakisan, Arya Kenceng, Arya Delancang, Arya Belog, Arya Mangun, Arya Pangalasan serta Arya Kutawaringin.

Kemudian diceriterakan pada perang yang terjadi tahun 1343 Masehi itu, di Tengkulak Peliatan, Raja Tapolung beserta para patihnya yang bemama Kebo Warunya dan I Gudug Basur gugur di medan perang. Namun Ki Pasung Gengis patih utama Dalem Bedaulu dapat ditawan.
Tiada lama kemudian Ki Pasung Gerigis menyatakan dirinya menyerahkan diri dan berbhakti kepada Raja Majapahit, karena itu diperintahkan untuk mengalahkan Raja Sumbawa yang bernama Dedela Natha. Akhirnya keduanya wafat di dalam perang tanding. Sesudah Raja Bedaulu mangkat, maka Pulau Bali sunyi tidak memiliki penguasa, karena itu timbul huru hara.
Sebelum itu Ki Patih Gajah Mada sudah memohon putra Ida Mpu Danghyang Soma Kepakisan - sebagai pendeta guru utama di Kediri, yang bernama Ida Sri Kresna Kepakisan, untuk diasuh di Majapahit. Ida Mpu Soma Kepakisan itu tiada lain saudara dari Ida Mpu Danghyang Panawasikan, Ida Mpu Danghyang Siddhimantra dan Ida Mpu Asmaranatha. Kemudian Ida Kresna Kepakisan mempunyai putra 4 orang, laki tiga, wanita seorang. Pada saat di Bali serta daerah lain tidak memiliki penguasa, serta dalam upaya menyelenggarakan Kesejahteraan di masing-masing wilayah, maka sesuai dengan perintah Raja Majapahit, Mahapatih Gajah Mada meminta putra Ida Sri Kresna Kapakisan yang sudah dewasa untuk dijadikan penguasa atau Dalem. Pada saat itu putra beliau yang sulung bernama Ida Nyoman Kepakisan diangkat dijadikan penguasa di Blambangan, Ida Made Kepakisan menjadi penguasa di Pasuruan, Ida Nyoman Istri Kepakisan/Dalem Sukanya di Sumbawa serta yang bungsu Ida Ketut Kresna Kepakisan, dijadikan penguasa
di Bali. Oleh Mahapatih Gajah Mada, Ida Dalem Ketut Kresna Kapakisan dianugerahi pusaka Kris Ki Ganja Dungkul, serta berkedudukan sebagai Adipati.
Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan - dari Pulau Jawa, turun di Lebih, kemudian ke arah timur laut berkedudukan di Samprangan. Di sanalah beliau membangun Puri pada tahun Masehi 1350. Sesudah beliau Ida Dalem bertempat tinggal di puri di Samprangan, mahapatih beliau I Gusti Nyuhaya bertempat tinggal di Nyuhaya, sementara para menterinya seperti Arya Kutawangin di Klungkung, Arya Kenceng di Tabanan, Arya Belog di Kaba-kaba, Arya Dalancang di Kapal, Arya Belentong di Pacung, Arya Sentong di Carangsari, Arya Kanuruhan di Tangkas, Kriyan Punta di Mambal, Arya Jrudeh di Tamukti, Arya Temenggung di Patemon, Arya Demung Wangbang Kediri yakni Kyai Anglurah Pinatih Mantra di Kertalangu, Arya Sura Wang Bang Lasem di Sukahet, Arya Mataram tidak tetap tempat tinggalnya, Arya Melel Cengkrong di Jembrana, Arya Pamacekan di Bondalem, Arya Gajah Para dan adiknya Arya Getas di Toya Anyar, Selain dan para Arya tersebut, ada yang
kemudian datang yakni Tiga Wesya bersaudara : Si Tan Kober, diberikan tempat tinggal di Pacung, Si Tan Kawur diberi tempat tinggal di Abiansemal serta Si Tan Mundur berdiam di Cacahan.

Diceriterakan Kyai Angelurah Pinatih Mantra, diberikan tempat tinggal di Kerthalangu, Badung, menguasai kawasan Pinatih serta diberikan memegang bala sejumnlah 35.000 orang, yakni mereka yang merupakan rakyat dan Senapati Arya Buleteng. Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan sudah berusia senja kemudian di
Samprangan beliau wafat berpulang ke Cintyatmaka pada saat mangrwa wastu simna pramana ning wang atau tahun Isaka 1302, tahun Masehi 1380. Beliau diganti oleh putranya Dalem Ketut Ngulesir yang bergelar Dalem Smara Kepakisan.
Diceriterakan Kyai Anglurah Pinatih Mantra, memiliki putra laki seorang, bernama Kyai Anglurah Agung Pinatih Kertha atau I Gusti Anglurah Agung Pinatih Kejot, Pinatih Tinjik atau I Gusti Agung Pinatih Perot. Beliaulah yang dikenal menyerang serta mengalahkan kawasan Bangli Singharsa sewaktu pemerintahan
Ngakan Pog yang menjadi manca di sana, sesuai dengan perintah Ida Dalem Ketut Ngulesir atau Ida Dalem Smara Kepakisan yang menjadi penguasa tahun Masehi 1380 sampai dengan 1460. Kyayi Anglurah Pinatih Mantra sudah tua, kemudian berpulang ke sorgaloka. Kyai Anglurah Pinatih Kertha Kejot berputra laki dan isteri pingarep bernama Ki Gusti Anglurah Pinatih Resi, dan isteri putri I Jurutkemong bernama Ki Gusti Anglurah Made Bija serta putra laki-laki dari sor bernama I Gusti Gde Tembuku.
Diceriterakan kemudian, Kyai Anglurah Made Bija sudah mempunyai putra, namun kakaknya I Gusti Anglurah Pinatih Rsi belum beristeri. Para putra Gusti Anglurah Made Bija bernama I Gusti Putu Pahang, I Gusti Mpulaga utawi Pulagaan, I Gusti Gde Tembuku, I Gusti Nyoman Jumpahi, I Gusti Nyoman Bija Pinatih dan I Gusti
Ketut Blongkoran. I Gusti Bija Pulagaan, sesuai perintah Ida Dalem Ketut Smara Kapakisan kemudian menjadi Manca di kawasan Singharsa Bangli sejak tahun Masehi 1453.

Hentikan dahulu.

Selasa, 14 April 2009

Kelainan/Gangguan/Penyakit Sistem Pernapasan/Respirasi Manusia - Kesehatan Pada Masyarakat

Sistem peredaran oksigen yang diperlukan oleh tubuh manusia bisa mengalami gangguan atau kelainan disertai penjelasan pengertian atau definisi singkat yaitu seperti :

1. Kelainan/Gangguan/Penyakit Saluran Pernapasan

a. Penyempitan saluran pernafasan akibat asma atau bronkitis. Bronkis disebabkan oleh bronkus yang dikelilingi lendir cairan peradangan sedangkan asma adalah penyempitan saluran pernapasan akibat otot polos pada saluran pernapasan mengalami kontraksi yang mengganggu jalan napas.
b. Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
c. Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
d. Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan hidung yang mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya lebih suka menggunakan mulut untuk bernapas.
e. Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-paru atau disebut pleura.
f. Bronkitis, adalah radang pada bronkus.

2. Kelainan/Gangguan/Penyakit Dinding Alveolus

a. Pneumonia / Pnemonia, adalah suatu infeksi bakteri diplococcus pneumonia yang menyebabkan peradangan pada dinding alveolus.
b. Tuberkolosis / TBC, merupakan penyakit yang disebabkan oleh baksil yangmengakibatkan bintil-bintil pada dinding alveolus.
c. Masuknya air ke alveolus.

3. Kelainan/Gangguan/Penyakit Sistem Transportasi Udara

a. Kontaminasi gas CO / karbon monoksida atau CN / sianida.
b. Kadar haemoglobin / hemoglobin yang kurang pada darah sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen atau kurang darah alias anemia.

PENGENDALIAN INFEKSI PADA PERAWATAN FLU BURUNG

Mikroorganisme Penyebab:
HPAIV: Highly Pothogenic Avian Influenza Virus
Sumber infeksi:
Di Komunitas: Unggas
Di Rumah Sakit: Pasien?, Petugas Kesehatan?, Pengunjung?
Pejamu:
Di Rumah Sakit: Pasien?, Petugas Kesehatan?, Pengunjung?
Cara Penularan:
Kontak: Langsung dan tidak langsung
Penularan terjadi pada kontak langsung dari kulit pasien ke kulit pejamu rentan lain, dalam hal ini petugas kesehatan pada saat memandikan pasien atau melaksanakan tindakan keperawatan yang lain.
Secara tidak langsung dengan melibatkan benda perantara, yang biasanya benda mati seperti alat kesehatan, jarum, kasa pembalut, tangan yang tidak dicuci, sarung tangan bekas.
Droplet:
Meskipun secara teori penularan droplet atau melalui percikan merupakan bentuk lain dari penularan secara kontak, namun mekanisme perpindahan kuman patogen dari pejamunya sangat berbeda dengan sebagaimana kontak langsung maupun tidak langsung. Percikan dihasilkan oleh pejamu (yang berdiameter > 5m) melalui batuk, bersin, bicara dan selama pelaksanaan tindakan tertentu seperti penghisapan lendir dan bronkoskopi. Percikan yang berasal dari pejamu tersebut terbang dalam jerak dekat melalui udara dan mengendap di bagian tubuh pejamu lain yang rentan seperti: konjungtiva, mukosa hidung, atau mulut.
Oleh karena percikan yang mengandung kuman tersebut tidak menetap di udara maka untuk mencegah penyebaran lebih lanjut tidak diperlukan pengaturan khusus pada sistem ventilasi, jangan dikacaukan dengan penularan airborne.
Kewaspadaan terhadap penularan yang diperlukan
Kewaspadaan Universal
Memperlakukan semua darah dan duh tubuh sebagai bahan infeksius, hindari menjamahnya dengan tangan telanjang atau segera cuci bila mungkin tercemar
Cuci tangan (dengan air mengalir dan sabun/antiseptik, gosok selama 10 detik, dan lap kering) sebagai tindakan rutin: sebelum dan setelah menjamah pasien, seblum memakai dan setelah melepas sarung tangan
Sarung tangan pemeriksaan bila akan menjamah darah dan duh tubuh atau benda tercemar lain. Ganti sarung tangan setiap ganti pasien. Lepas segera sarung tangan setelah selesai tindakan.
Masker, kaca mata, pelindung wajah dikenakan bila ada kemungkinan terjadi percikan darah, duh tubuh lain selama melakukan tindakan atau perawatan pasien.
Kewaspadaan tambahan
terhadap penularan melalui kontak dan percikan (droplet)
Sebagai tambahan pada kewaspadaan universal
Penempatan pasien
Pasien ditempatkan dalam ruang tersendiri. Bila tidak tersedia ruang tersendiri dapat ditempatkan bersama pasien dengan diagnosis yang sama (kohort).
Alat pelindung yang diperlukan
Semua petugas kesehatan harus selalu mengenakan alat pelindung sbb:
ketika masuk ke ruang pasien:
Kenakan masker, penutup kepala, kaca mata pelindung, sarung tangan, gaun pelindung, sepatu pelindung, ketika memasuki ruang pasien
Selama melaksanakan tindakan, ganti sarung tangan setelah menjamah bahan infeksius.
Gaun pelindung (tidak perlu steril), pilih yang sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan (kedap air atau tidak).
Lepas gaun sebelum meninggalkan ruangan dan pastikan baju kerja tidak terkontaminasi.
Lepas sarung tangan sebelum keluar ruangan dan cuci tangan segera dengan antiseptik dan pastikan setelahnya tidak lagi menjamah permukaan di ruang pasien yang mungkin tercemar.
Demikian pula dengan alat pelindung yang lain
Transportasi Pasien
Batasi pemindahan pasien ke ruang lain kecuali sangat diperlukan. Bila terpaksa maka pasien kenakan masker pada pasien dan selimut bersih rapat, pastikan kewaspadaan universal tetap terjaga untuk menekan risiko penyebaran mikroorganisme ke pasien lain dan pencemaran permukaan lingkungan atau peralatan lain.
Alat kesehatan untuk pasien
Bila mungkin alokasikan alat kesehatan khusus untuk pasien tersebut atau bersama dengan pasien sejenis untuk menghindari penyebaran antar pasien. Bila menggunakan alat untuk pasien umum, maka perlu pembersihan yang memadai dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.



INFORMASI TENTANG FLU-BURUNG

1. Apa yang disebut Flu-Burung ?

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.

2. Siapa yang harus diwaspadai ? Dan bagaimana gejala klinisnya apabila menyerang manusia ?
Yang harus diwaspadai adalah
a) apabila seseorang bekerja di laboratorium yang memproses sample dari pasien atau binatang yang terinfeksi atau
b) 1 minggu yang lalu bekerja atau mengunjungi peternakan/tempat penyembelihan ayam/unggas di daerah yang terjangkit atau
c) kontak dengan penderita Flu Burung HPAI (Highly pathogenic Avian Influenza) atau lebih spesifik virus H5N1 pada saat penyakit itu mudah menular dan kemudian menderita penyakit dengan gejala : panas lebih dari 38 derajat celcius, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien seperti ini oleh WHO disebut Possible case of Influenza A (H5N1).
Keadaan itu dapat menjadi semakin berat jika timbul pneumonia disertai sesak nafas (radang paru) dan menyebabkan angka kematian yang tinggi (Tahun 1997 di Hongkong angka kematiannya 33,33% , atau 6 dari 18 kasus).

3. Berapa lama masa inkubasinya ? Dan apabila mengenai manusia berapa lama masa infeksiusnya ?
a) Masa inkubasinya sangat singkat yaitu 1 – 3 hari,
b) Meskipun belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia , masa infeksiusnya (masa dimana penderita Avian Flu H5N1 diperkirakan mampu menularkan virus) adalah 1 hari sebelum tampak gejalanya dan 3-5 hari setelah tampak gejalanya dengan maksimum 7 hari (tetapi ada kepustakaan yang menyebutkan sampai 21 hari pada anak-anak).

4. Apakah penyakit itu menular dari menusia ke manusia seperti SARS ?
Sampai saat ini penularan dari manusia ke manusia belum terbukti. Sejauh ini penularan yang terjadi adalah dari burung/unggas/ayam yang terjangkit Flu-Burung ke manusia melalui kotoran atau sekreta burung yang mencemari udara dan tangan penjamah. Akan tetapi dari segi penyebaran wabah yang dikhawatirkan adalah jika Flu-Burung mengalami mutasi gen dan menjadi menular dari manusia ke manusia seperti yang terjadi pada SARS.
5. Siapa yang paling berisiko tinggi tertular Flu Burung ?
Mereka yang risiko tinggi adalah pekerja peternakan, penjual dan penjamah produk peternakan unggas/burung/ ayam. Pekerja laboratorium yang meneliti penyakit tersebut juga berisiko tinggi tertular. Anak-anak dan mereka yang berusia lanjut (60 tahun lebih) serta mereka yang dalam kondisi kekebalan rendah (pengguna obat steroid jangka panjang, obat sitostatika untuk kanker) merupakan kelompok yang rawan untuk terkena penyakit yang berat

6. Bagaimana pencegahannya ?
Rekomendasi sementara untuk pencegahan bagi mereka yang terlibat dalam peternakan/penyembelihan unggas/burung/ayam secara masal terutama di daerah terjangkit yang dikeluarkan oleh WHO/WPRO Manila 14 Januari 2004 intinya adalah sbb . :
a) Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen)
b) Gunakan alat pelindung perorangan seperti masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, sepatu pelindung dan baju pelindung pada waktu melaksanakan tugas dipeternakan yang terjangkit atau di laboratorium
c) Mereka yang terpajan dengan unggas/burung/ayam yang diduga terjangkit sebaiknya dilakukan vaksinasi dengan vaksin influenza manusia yang dianjurkan oleh WHO dalam rangka mencegah infeksi campuran Flu-Manusia dengan Flu-Burung , yang kemungkinan dapat menyebabkan jenis virus Flu-Burung baru yang dapat menginfeksi manusia.
d) Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan). Orang berisiko tinggi terkena influenza yaitu mereka yang berusia lebih 60 tahun , atau berpenyakit paru dan jantung kronis tidak boleh bekerja di peternakan unggas/burung/ayam.
e) Lakukan survei serologis pada mereka yang terpajan termasuk kepada dokter-hewan
f) Jika terdapat risiko untuk menghirup udara yang tercemar di peternakan /tempat penyembelihan yang terjangkit , diajurkan pencegahan dengan obat antiviral (antara lain dengan Oseltamivir 75 mg dalam kapsul , 1 kali sehari selama 7 hari).
g) Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dan mengisolasi virus penyebabnya : Kirimkan spesimen darah dan alat-alat dalam (usus, hati, hapusan hidung dan mulut, trachea, paru, limpa, ginjal, otak dan jantung) binatang yang diduga terjangkit penyakit itu (termasuk babi) ke laboratorium yang berwenang.

7. Apakah memakan daging ayam atau unggas dapat menularkan penyakit Flu-Burung ?
Kotoran dan sekreta cairan unggas yang terjangkit dapat menularkan apabila tidak di masak.
Pemanasan 90 derajat celcius dalam waktu 1 menit dapat mematikan virus tersebut.
Sumber : WHO : Avian Influenza-Fact Sheet 15 January 2004
Draft Case-Definitions Influenza A/H5N1.

Pemeriksaan RAPIT-TEST COVID-19

Pemeriksaan RAPIT-TEST COVID-19 Mohon edukasi kepada masyarakat terkait pemeriksaan RAPID-TEST sebagai berikut : 1) Rapid-test bukan...